Minggu, 21 Juli 2013

Burungku Sayang Burungku yang Malang


Tidakkah Kau Ingat
Karya: Reiner
Temanku manusia.........
Tidakkah kau rindu pada kami yang dulu membangunkanmu di pagi hari
Dengan nyanyian merdu disela-sela ranting
Temanku manusia.........
Tidakkah kau ingat wajah kami yang warna-warni ini
Yang dulu menghiasi luasnya langit
Temanku manusia........
Tidakkah terngiang diingatanmu walau sedikit
Bagaimana dulu kami meminta padimu meski dengan sembunyi-sembunyi
Ah......
Mungkin kalian telah melupakan kami
Kami menghilang karena kalian wahai temanku manusia
Tidakkah kalian ingat bagaimana dulu kalian beri makan kami
Yang nyatanya tipuanlah yang kami temui...
Tidakkah kalian ingat dengan peralatan canggih kalian
Tak satupun yang mampu kami tandingi
Ataukah kalian ingat
Bagaimana sedihnya kami melihat tak satupun dari anak yang susah payah kami besarkan, Hilang saat kami kembali
Tidakkah kalian ingat semua itu wahai temanku.....
Tapi kami tidak marah pada kalian, kami tidak kecewa pada kalian wahai temanku
Meski kalian patahkan sayap ini
Kuyakin waktu itu kalian hanya khilaf, iya kan wahai temanku.....
Kuyakin waktu itu kalian sedang lupa diri, iya kan wahai temanku.....
Kami berharap jika tuhan mempertemukan kita lagi
Kalian bisa mengerti keberadaan kami...
Menjaga tubuh kecil kami....
Memberi makan paruh mungil  kami....
Mau kan kalian melakukannya untuk kami?
Hai temanku.....
 “jamanku dulu, banyak sekali jenis burung, ada parkit, blekok, srigunting, dan banyak lagi”. Itu adalah perkataan ayahku dan orang-orang tua jaman dulu yang selalu terngiang dikepalaku. Kalian tahu kenapa?ya benar. Mereka mungkin orang-orang yang beruntung bisa melihat dan menyaksikan secara langsung serta merasakan bagaimana cerewetnya nyanyian burung-burung indah yang beterbangan dengan riangnya itu. tapi bagi kita, hanya bisa mengangguk dan berguman mendengar ceritanya saja. Kemana mereka semua? Kemana burung-burung periang penghibur mata dan telinga ketika melepas penat dan lelah di pematang sawah?apa mereka migrasi?pergi sementara?aku rasa TIDAK. Mereka hilang selamanya dari pandangan kita. Mereka pergi dengan beribu alasan membisu. Mungkin jika mereka bisa berbicara layaknya manusia mereka akan berkata “mengapa kalian membiarkan kami pergi wahai teman manusiaku?” yap. Mereka pergi karena kita. Mereka menghilang karena kita. Mereka punah karena sebagian besar adalah ulah kita yang tidak mau menjaga tapi memperlakukan mereka dengan tidak ada belas kasihan. Hingga akhirnya mereka semua hilang seperti ini. Hanya tersisa cerita-cerita saja.
Jangankan masa ayahku, ketika aku masih kecilpun hingga sekarang, bisa kurasakan betapa terancamnya keberadaan mereka. asal tahu saja, waktu aku masih kecil saat bangun pagi aku selalu disambut oleh alunan indah lagu dari mereka yang kini tak satupun nampak dari mereka. ya tuhan kemana mereka?
Pergi bukanlah keinginan mereka. Mereka juga punya hak yang sama seperti kita. Mereka  suka dengan tempat ini, mereka suka terbang, makan, dan berkicau di bumi jengglong ini. Yah sekali lagi keegoisan manusia yang menutup mata telinga atas eksistensi mereka semua hingga mereka tergusur.
Penangkapan dan perburuan yang kita lakukan selama ini, telah menuai  hasilnya. Dan bukan hanya burung yang merasakan dampaknya. Tapi juga anak cucu kita. Mereka tidak mampu lagi melihat salah satu karya agung dari sang pencipta yang dulu menghias diantara langit.
Memang belum semua punah, tapi apa kita akan menunggu itu terjadi?. Mumpung belum terlambat betul, mari kita lindungi mereka yang masih tersisa. Sebelum mereka hulangsemua dari pandangan kita. Teman, ini saatnya kita sadar. Bangunkan hati nurani kalian sebagai sesama mahluk tuhan. Mari kita lindungi mereka, jaga mereka, perhatikan kelestarian mereka. oke, kalaupun kita tidak mau melakukan itu, minimal JANGAN MENGUSIK KEHIDUPAN MEREKA. itu lebih dari cukup untuk menyelamatkan mereka, teman-teman penghuni langit. 

1.  Kutilang    
2. Blekok

 3.Pentet

 4.Betet

 5.Srigunting

1 komentar:

  1. Itu semua karena ulah kita sendiri yang dulu masih buta akan pengetahuan dan tidak memikirkan apa yang akan terjadi setelah itu, dan akirnya hanya bisa menyesal.... masa jebak manok/ngeblek manuk neng tengah-tengah sawah, tegal, kebun dll.

    BalasHapus