Tidakkah
Kau Ingat
Karya:
Reiner
Temanku
manusia.........
Tidakkah
kau rindu pada kami yang dulu membangunkanmu di pagi hari
Dengan
nyanyian merdu disela-sela ranting
Temanku
manusia.........
Tidakkah
kau ingat wajah kami yang warna-warni ini
Yang dulu
menghiasi luasnya langit
Temanku
manusia........
Tidakkah
terngiang diingatanmu walau sedikit
Bagaimana
dulu kami meminta padimu meski dengan sembunyi-sembunyi
Ah......
Mungkin
kalian telah melupakan kami
Kami
menghilang karena kalian wahai temanku manusia
Tidakkah
kalian ingat bagaimana dulu kalian beri makan kami
Yang
nyatanya tipuanlah yang kami temui...
Tidakkah
kalian ingat dengan peralatan canggih kalian
Tak
satupun yang mampu kami tandingi
Ataukah
kalian ingat
Bagaimana
sedihnya kami melihat tak satupun dari anak yang susah payah kami besarkan, Hilang
saat kami kembali
Tidakkah
kalian ingat semua itu wahai temanku.....
Tapi
kami tidak marah pada kalian, kami tidak kecewa pada kalian wahai temanku
Meski
kalian patahkan sayap ini
Kuyakin
waktu itu kalian hanya khilaf, iya kan wahai temanku.....
Kuyakin
waktu itu kalian sedang lupa diri, iya kan wahai temanku.....
Kami
berharap jika tuhan mempertemukan kita lagi
Kalian
bisa mengerti keberadaan kami...
Menjaga
tubuh kecil kami....
Memberi
makan paruh mungil kami....
Mau kan
kalian melakukannya untuk kami?
Hai
temanku.....
“jamanku dulu, banyak sekali jenis burung, ada
parkit, blekok, srigunting, dan banyak lagi”. Itu adalah perkataan ayahku dan
orang-orang tua jaman dulu yang selalu terngiang dikepalaku. Kalian tahu
kenapa?ya benar. Mereka mungkin orang-orang yang beruntung bisa melihat dan
menyaksikan secara langsung serta merasakan bagaimana cerewetnya nyanyian
burung-burung indah yang beterbangan dengan riangnya itu. tapi bagi kita, hanya
bisa mengangguk dan berguman mendengar ceritanya saja. Kemana mereka semua?
Kemana burung-burung periang penghibur mata dan telinga ketika melepas penat
dan lelah di pematang sawah?apa mereka migrasi?pergi sementara?aku rasa TIDAK.
Mereka hilang selamanya dari pandangan kita. Mereka pergi dengan beribu alasan
membisu. Mungkin jika mereka bisa berbicara layaknya manusia mereka akan
berkata “mengapa kalian membiarkan kami pergi wahai teman manusiaku?”
yap. Mereka pergi karena kita. Mereka menghilang karena kita. Mereka punah
karena sebagian besar adalah ulah kita yang tidak mau menjaga tapi
memperlakukan mereka dengan tidak ada belas kasihan. Hingga akhirnya mereka
semua hilang seperti ini. Hanya tersisa cerita-cerita saja.
Jangankan masa ayahku,
ketika aku masih kecilpun hingga sekarang, bisa kurasakan betapa terancamnya
keberadaan mereka. asal tahu saja, waktu aku masih kecil saat bangun pagi aku
selalu disambut oleh alunan indah lagu dari mereka yang kini tak satupun nampak
dari mereka. ya tuhan kemana mereka?
Pergi bukanlah keinginan
mereka. Mereka juga punya hak yang sama seperti kita. Mereka suka dengan tempat ini, mereka suka terbang,
makan, dan berkicau di bumi jengglong ini. Yah sekali lagi keegoisan manusia
yang menutup mata telinga atas eksistensi mereka semua hingga mereka tergusur.
Penangkapan dan
perburuan yang kita lakukan selama ini, telah menuai hasilnya. Dan bukan hanya burung yang
merasakan dampaknya. Tapi juga anak cucu kita. Mereka tidak mampu lagi melihat
salah satu karya agung dari sang pencipta yang dulu menghias diantara langit.
Memang belum semua
punah, tapi apa kita akan menunggu itu terjadi?. Mumpung belum terlambat betul,
mari kita lindungi mereka yang masih tersisa. Sebelum mereka hulangsemua dari
pandangan kita. Teman, ini saatnya kita sadar. Bangunkan hati nurani kalian
sebagai sesama mahluk tuhan. Mari kita lindungi mereka, jaga mereka, perhatikan
kelestarian mereka. oke, kalaupun kita tidak mau melakukan itu, minimal JANGAN
MENGUSIK KEHIDUPAN MEREKA. itu lebih dari cukup untuk menyelamatkan mereka,
teman-teman penghuni langit.
1. Kutilang
2. Blekok
3.Pentet
4.Betet
5.Srigunting
1. Kutilang
2. Blekok
3.Pentet
4.Betet
5.Srigunting